Selasa, 21 Januari 2014

ANGKLUNG

                                              
Angklung adalah salah satu alat tradisional indonesia yang berasal dari sunda yang terbuat dari bambu. Angklung dibunyikan dengan cara di goyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar pada angklung tersebut dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, besar atau kecil. Dalam kesenian yang menggunakan alat musik dari bambu dikenal jenis kesenian yang disebut angklung dan calung, calung dikenal sebagai alat musik sunda yang merupakan prototipe dari angklung. Angklung biasanya dimainkan secara bersama-sama atau kelompok karna satu buah angklung hanya bisa mengeluarkan suara dalam satu nada, tidak seperti gitar dan sebagainya yang mempunyai banyak nada dalam satu buah alat musik.

Sejarah angklung      

Ada catatan angklung baru muncul pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Ada angklung tertua yang usianya sudah mencapai 400 tahun. Angklung tersebut merupakan Angklung Gubrag yang dibuat di Jasinga, Bogor, Jawa Barat. Di Serang, angklung jenis ini dianggap sebagai alat musik sakral yang digunakan saat mengiringi mantera pengobatan orang sakit atau menolak wabah penyakit.

Angklung memang dikenal berasal dari Jawa Barat. Tapi di beberapa daerah di Indonesia juga ditemukan alat musik tradisional tersebut. Di Bali misalnya angklung digunakan pada saat ritual Ngaben. Di Madura, angklung digunakan sebagai alat musik pengiring arak-arakan. Sementara di Kalimantan Selatan angklung digunakan sebagai pengiring pertunjukan Kuda Gepang. Sejarah mencatat bahwa di Kalimantan Barat juga terdapat angklung, tapi menurut beberapa tokoh kebudayaan, angklung tersebut tidak ada lagi

Pada 1938, Daeng Soetigna menciptakan angklung yang didasarkan pada suara diatonik. Selain sebagai pengiring mantera, awalnya, angklung digunakan untuk upacara-upacara tertentu, seperti upacara menanam padi. Namun, seiring dengan berkembangnya alat musik ini, angklung digunakan dalam pertunjukan kesenian tradisional yang sifatnya menghibur.
Pada masa penjajahan Belanda, angklung menjadi alat musik yang membangkitkan semangat nasionalisme penduduk pribumi. Karena itu, pemerintah Belanda melarang permainan angklung, kecuali jika dimainkan oleh anak-anak dan pengemis karena dianggap tidak memberikan pengaruh apa pun.

Setelah mengalami pasang surut, Daeng Soetigna berhasil menaikkan derajat alat musik angklung. Bahkan, angklung diakui oleh seorang musikus besar asal Australia Igor Hmel Nitsky pada 1955. Angklung dengan suara diatonis yang diciptakan oleh Daeng membuat angklung turut diakui pemerintah sebagai alat pendidikan musik.
Setelah Daeng Soetigna meninggal, angklung dikembangkan lagi berdasarkan suara musik Sunda, yaitu salendro, pelog, dan madenda. Orang berjasa yang mengembangkannya adalah Udjo Ngalagena. Udjo yang merupakan salah seorang murid Daeng Soetigna ini mengembangkan alat musik angklung pada 1966.

Sebagai wujud mempertahankan kesenian angklung, Udjo atau biasa dikenal Mang Udjo membangun pusat pembuatan dan pengembangan angklung. Tempat tersebut diberi nama “Saung Angklung Mang Udjo”. Lokasinya berada di Padasuka, Cicaheum, Bandung. Di tempat ini, sering diadakan pertunjukan kesenian angklung. Pengunjung yang hadir bisa ikut serta mencoba belajar memainkan alat musik tersebut.
Pada tanggal 11 juli 2011, Indonesia berhasil menggalang pembuatan rekor dunia “Guinness World Records” permainan angklung dengan peserta multibangsa terbanyak setelah lebih dari 5.000 orang mampu memainkan lagu “We Are the World” di Washington DC, Amerika Serikat.

Bagian-bagian angklung

Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Angklung terdiri dari beberapa bagian :

1. Tabung sora yang terdiri dari 2 Tabung
a) Tabung kecil terletak di sebelah kiri dan,
b) Tabung besar yang berada di sebelah kanan

2. Ancak yaitu bagian rangka Angklung yang dibagi menjadi beberapa bagian
c) Jejer bagian dari ancak (rangka angklung)
d) Tabung dasar (bawah)
e) Palang Gantung sebagai penyangga tabung sora




Sumber :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar